dwi okta~

a journey out of the comfort zone


Apa Kabar Diri?

Sejak pindah ke tempat baru, rumah baru untuk sekitar dua tahun ke depan, saya menyadari banyak hal yang memang harus saya perhatikan. Saya tahu saya adalah introvert, tidak suka berada di kerumunan banyak orang, dan cenderung diam jika tidak ada yang mengajak bicara. Saya memilih tempat duduk di ujung, atau bahkan di depan–tempat yang sangat dihindari siswa ketika sekolah. Saat jeda, saya lebih memilih duduk di bangku taman, memperhatikan lalu lalang orang, atau pak kebun yang asyik mengerjakan pekerjaannya. Dengan duduk diam, saya bahkan bisa mendengar suara-suara yang sebelumnya tidak pernah saya bayangkan. Angin yang melambat, semilirnya menimpali jejak langkah kaki orang.

Saya mendapati, alur waktu berjalan sangat cepat. Bangun di pagi hari, siang datang, sore menjelang, tiba-tiba sudah harus kembali tidur. Waw. Saya kadang bertanya, apa yang saya lakukan hari ini. Apakah sudah melakukan hal yang bermanfaat? Sudah berapa halaman membaca? Sudah menulis berapa kata? Lalu mendapati bahwa saya belum melakukan apa-apa misalnya, duh sedih.

Sampai kini, setiap malam saya juga terus bermimpi. Mimpi apa saja. Paling absurd adalah menembus jalan rahasia menuju rumah artis–yang saya tidak kenal siapa. Lalu pernah juga mimpi ditraktir makan bakso, disuruh Emak jajan ke warung, dan masih banyak jurnal mimpi lainnya. Kadang saya penasaran apa isi dalam kepala saya. Bisa-bisanya setiap malam punya rangkaian mimpi untuk saya ceritakan setiap pagi.

Baik, sebelum tambah melantur, saya harus meneruskan tugas membaca cerpen saya.
Barangkali memang, dulu saya mengambil jurusan sastra karena toh saya diterima di jurusan itu saat SNMPTN. Tidak ada pilihan lain. Mau tidak mau, jalan itu harus ditempuh. Sementara sekarang, saya memang dengan sengaja mencurahkan energi dan pikiran saya agar makin khatam menganalisis *puisi, prosa, drama, status media sosial, picturebook, komik, film, kondisi sosbud di lingkungan sekitar* apapun itu. It feels different. ahahaha 😛

Ah, sudahlah. Mari benar-benar kembali ke jalinan cerita yang harus dipelototi ini.



Tinggalkan komentar